China Bangun PLTS Terbesar Dorong Transisi Energi Hijau

Rabu, 27 Agustus 2025 | 08:15:46 WIB
China Bangun PLTS Terbesar Dorong Transisi Energi Hijau

JAKKARTA - Upaya dunia menekan laju perubahan iklim mendapat dorongan baru dari China yang kini sedang membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terbesar di dunia. Proyek ambisius tersebut akan berdiri di dataran tinggi Tibet dengan luas sekitar 610 kilometer persegi, setara dengan hampir setengah luas kota metropolitan Jakarta. Pembangunan ini menunjukkan tekad kuat negeri tirai bambu dalam mempercepat transisi energi menuju masa depan rendah emisi.

Hampir dua pertiga lahan proyek telah terpasang panel surya, dan ketika selesai, akan ada lebih dari 7 juta panel beroperasi. Kapasitasnya diproyeksikan mampu menyuplai listrik untuk 5 juta rumah tangga. Skala masif ini menandai langkah besar China dalam menciptakan pembangkit energi bersih, sekaligus menjadi bukti nyata ambisi mereka menurunkan emisi karbon secara lebih cepat dari perkiraan.

Pemerintah China menegaskan pembangunan ini bukan sekadar proyek energi, tetapi juga bagian dari strategi jangka panjang mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Langkah tersebut menempatkan mereka sebagai salah satu negara dengan investasi energi terbarukan paling agresif di dunia.

Emisi Karbon Mulai Menurun

Emisi karbon China turun 1 persen pada paruh pertama tahun ini dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penurunan ini melanjutkan tren positif yang mulai terlihat sejak Maret 2024. Hal ini menandakan emisi karbon China berpotensi telah mencapai puncaknya lebih awal dari target 2030 yang ditetapkan pemerintah.

Meski begitu, sebagai penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia, China tetap menghadapi tantangan berat. Para analis menilai pengurangan emisi harus dilakukan jauh lebih drastis agar kontribusi terhadap perlambatan pemanasan global bisa benar-benar signifikan.

Lauri Myllyvirta, analis utama di Centre for Research on Energy and Clean Air, menekankan bahwa untuk mencapai netralitas karbon pada 2060, China perlu menurunkan emisi rata-rata sebesar 3 persen setiap tahun selama 35 tahun ke depan. “Itu adalah tugas besar, namun langkah yang mereka ambil sekarang menunjukkan arah yang benar,” ujar Myllyvirta.

Kapasitas Surya China Lampaui Amerika Serikat

Fakta menarik muncul dari perkembangan sektor tenaga surya di China. Dalam enam bulan pertama 2025, kapasitas tenaga surya yang berhasil dipasang telah mencapai 212 gigawatt. Jumlah ini bahkan melampaui seluruh kapasitas tenaga surya Amerika Serikat yang sebesar 178 gigawatt pada akhir 2024.

Tak hanya itu, listrik dari tenaga surya di China kini telah mengungguli tenaga air. Diperkirakan, tahun ini tenaga surya juga akan melampaui tenaga angin untuk menjadi sumber energi bersih terbesar di negara tersebut. Pada periode Januari hingga Juni 2025 saja, sekitar 51 gigawatt kapasitas tenaga angin berhasil ditambahkan.

Menurut Li Shuo, Direktur China Climate Hub di Asia Society Policy Institute, pencapaian ini adalah momen penting secara global. “Ini adalah momen yang sangat penting secara global, menawarkan secercah harapan langka di tengah kondisi iklim yang suram,” ungkap Li.

Ia menambahkan, langkah China ini juga menunjukkan bahwa sebuah negara bisa menekan emisi tanpa harus mengorbankan pertumbuhan ekonomi. Namun, Li juga mengingatkan bahwa ketergantungan China terhadap batu bara masih menjadi ancaman besar bagi kemajuan iklim. Ekonomi mereka, menurutnya, harus bergeser ke sektor yang membutuhkan lebih sedikit sumber daya.

Tantangan Distribusi Energi

Walaupun proyek PLTS Tibet sangat menjanjikan, tantangan lain muncul terkait distribusi energi. Kapasitas besar dari dataran tinggi tersebut harus disalurkan ke pusat-pusat industri dan populasi yang kebanyakan berada di wilayah timur Tiongkok.

“Distribusi sumber daya energi hijau sangat tidak selaras dengan distribusi industri negara kita saat ini,” ujar Zhang Jinming, Wakil Gubernur Provinsi Qinghai. Hal ini menjadi salah satu pekerjaan rumah penting agar pasokan listrik dari PLTS dapat benar-benar termanfaatkan secara optimal.

Langkah Besar Menuju Netralitas Karbon

Secara keseluruhan, pembangunan PLTS terbesar dunia di Tibet menunjukkan arah jelas dari kebijakan energi China. Dengan menempatkan tenaga surya sebagai tulang punggung energi bersih, mereka memberi sinyal kuat bahwa transisi energi tidak hanya slogan, tetapi dijalankan dengan skala nyata.

Dalam jangka panjang, keberhasilan proyek ini diyakini akan mempercepat pencapaian target emisi. Emisi karbon yang menurun, meskipun masih kecil, menunjukkan tanda awal perubahan besar yang sedang berlangsung. Jika langkah ini konsisten, China berpotensi menjadi contoh bagi negara lain tentang bagaimana industrialisasi besar bisa berpadu dengan pembangunan berkelanjutan.

Pembangunan PLTS ini bukan hanya soal listrik, tetapi juga bagian dari upaya global untuk memperlambat laju perubahan iklim. Dengan kapasitas jutaan panel surya yang terpasang, proyek ini akan menjadi simbol baru dalam peta energi dunia: bahwa masa depan energi bersih memang semakin dekat.

Pencapaian China dalam memasang energi surya secara masif memberikan harapan bagi komunitas internasional. Di saat dunia menghadapi dampak serius dari krisis iklim, kabar tentang turunnya emisi sekaligus pembangunan PLTS raksasa ini memberi optimisme.

Namun, langkah lanjutan tetap diperlukan, termasuk mengurangi ketergantungan pada batu bara, memperluas jaringan transmisi listrik hijau, dan mengarahkan ekonomi ke sektor-sektor rendah karbon.

Jika semua tantangan ini bisa diatasi, maka PLTS terbesar dunia di Tibet tidak hanya menjadi kebanggaan nasional China, tetapi juga tonggak penting dalam perjuangan global melawan perubahan iklim.

Terkini

Harga BBM Pertamina Hari Ini Stabil Nasional

Rabu, 27 Agustus 2025 | 07:41:34 WIB

Panduan Praktis Cegah dan Atasi Kebocoran Listrik

Rabu, 27 Agustus 2025 | 07:46:51 WIB

Rumah Murah Pekanbaru, Pilihan Tepat Pekerja Baru

Rabu, 27 Agustus 2025 | 07:55:34 WIB

NLE Tarakan Tingkatkan Efisiensi Logistik Perbatasan

Rabu, 27 Agustus 2025 | 08:00:43 WIB

Nikel Dorong Pertumbuhan Industri Baterai EV Global

Rabu, 27 Agustus 2025 | 08:06:54 WIB