Waspada Gejala Usus Buntu, Kenali Tanda Awal yang Berbahaya

Selasa, 30 September 2025 | 09:20:23 WIB
Waspada Gejala Usus Buntu, Kenali Tanda Awal yang Berbahaya

JAKARTA - Gangguan pencernaan sering kali dianggap sepele, apalagi jika hanya berupa sakit perut, mual, atau hilangnya nafsu makan.

Banyak orang langsung menghubungkannya dengan masuk angin, maag, atau keracunan makanan, lalu mencoba mengatasinya dengan obat warung atau istirahat singkat. Namun, tidak semua nyeri perut bisa dianggap ringan. Ada kondisi serius yang sering bermula dari keluhan mirip masalah pencernaan biasa, yaitu radang usus buntu atau apendisitis.

Radang usus buntu adalah peradangan pada organ kecil berbentuk kantong yang menempel di usus besar, tepatnya di bagian kanan bawah perut. Meskipun ukurannya hanya sebesar jari, usus buntu dapat menimbulkan masalah besar ketika terinfeksi. Jika tidak segera ditangani, peradangan ini bisa pecah dan menyebabkan infeksi menyebar ke rongga perut. Kondisi tersebut termasuk darurat medis dan berisiko mengancam nyawa.

Gejala Awal yang Sering Diabaikan

Salah satu alasan banyak orang terlambat menyadari radang usus buntu adalah karena gejalanya tampak samar. Rasa sakit biasanya muncul di sekitar pusar, kemudian berpindah ke perut kanan bawah dalam kurun waktu 12–24 jam. Pola nyeri ini menjadi salah satu tanda khas yang perlu diwaspadai.

Menurut penjelasan medis, ada beberapa gejala lain yang sering menyertai peradangan usus buntu, antara lain:

Demam ringan yang menandakan adanya peradangan.

Nyeri tumpul di sekitar pusar, lalu berpindah ke kanan bawah perut.

Mual dan muntah yang datang berulang.

Kehilangan nafsu makan secara tiba-tiba.

Perut terasa kembung dan kaku saat disentuh.

Nyeri bertambah ketika bergerak, batuk, atau menarik napas dalam.

Gangguan buang air kecil, seperti sering kencing atau rasa tidak nyaman di kandung kemih.

Karena mirip dengan gangguan pencernaan biasa, banyak pasien keliru mengira gejala tersebut sebagai sakit maag, masuk angin, atau keracunan makanan. Padahal, keterlambatan mengenali tanda-tanda usus buntu bisa memperburuk kondisi.

Mengapa Usus Buntu Bisa Pecah?

Usus buntu dapat meradang akibat penyumbatan, misalnya karena penumpukan kotoran, infeksi, atau pembengkakan jaringan di sekitarnya. Ketika aliran tersumbat, bakteri berkembang biak dengan cepat dan menyebabkan peradangan. Jika dibiarkan, tekanan dalam organ kecil ini meningkat hingga akhirnya pecah.

Ketika pecah, infeksi akan menyebar ke rongga perut dan memicu peritonitis, yaitu peradangan serius yang memengaruhi lapisan dalam perut. Situasi ini sangat berbahaya karena bisa menyebabkan sepsis (infeksi menyeluruh dalam darah) yang mengancam nyawa.

Pertolongan yang Sebaiknya Tidak Dilakukan

Banyak orang yang berusaha mengatasi nyeri perut dengan cara tradisional atau obat bebas. Namun, pada kasus usus buntu, tindakan tersebut bisa berbahaya. Misalnya:

Mengonsumsi obat pereda nyeri justru bisa menyamarkan gejala, sehingga diagnosis dokter menjadi lebih sulit.

Makan atau minum sebelum diperiksa berisiko memperparah kondisi jika ternyata harus menjalani operasi darurat.

Mengabaikan gejala dengan alasan sakit akan hilang sendiri bisa membuat peradangan berkembang semakin parah.

Itulah sebabnya, ketika merasakan pola nyeri yang berpindah dari pusar ke kanan bawah perut disertai gejala lain, langkah paling tepat adalah segera menuju unit gawat darurat (UGD).

Proses Diagnosis di Rumah Sakit

Di fasilitas medis, dokter biasanya akan melakukan beberapa tahapan untuk memastikan radang usus buntu, seperti:

Pemeriksaan fisik, dengan menekan bagian perut kanan bawah untuk melihat reaksi nyeri.

Tes darah, guna mengetahui adanya tanda infeksi.

Pemindaian USG atau CT scan, untuk memastikan peradangan atau pembengkakan usus buntu.

Apabila diagnosis terkonfirmasi, tindakan yang dilakukan adalah operasi pengangkatan usus buntu atau apendektomi. Prosedur ini merupakan standar penanganan yang efektif dan umumnya aman. Pasien biasanya bisa pulih dalam beberapa minggu setelah operasi.

Kenapa Harus Cepat Ditangani?

Radang usus buntu tidak bisa sembuh sendiri dan tidak bisa diatasi dengan obat biasa. Semakin cepat ditangani, semakin kecil risiko komplikasi. Jika terlambat, risiko usus buntu pecah semakin besar, dan proses pemulihan akan lebih sulit serta memerlukan perawatan intensif.

Kewaspadaan menjadi kunci utama. Meski gejalanya sering tampak ringan di awal, perubahan pola nyeri perut yang tidak biasa sebaiknya tidak diabaikan. Terutama jika rasa sakit berpindah ke kanan bawah perut, segera konsultasikan dengan tenaga medis.

Radang usus buntu adalah kondisi darurat medis yang sering kali bermula dari gejala ringan, tetapi berpotensi berakibat fatal bila diabaikan. Mengenali tanda-tandanya sejak dini, menghindari penanganan sembarangan, dan segera mencari pertolongan medis adalah langkah penting untuk menjaga keselamatan.

Jangan menyepelekan sakit perut yang muncul dengan pola tidak biasa. Dengan kewaspadaan dan tindakan cepat, risiko komplikasi berbahaya dapat diminimalkan, dan pemulihan bisa berlangsung lebih optimal.

Terkini