JAKARTA – Panen perdana kopi di lereng Gunung Merapi menjadi momen penting bagi pengembangan komoditas kopi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, memberikan pesan tegas agar para petani dan pengelola kopi terus menjaga konsistensi produksi dan pemasaran guna mewujudkan kopi lereng Merapi sebagai komoditas unggulan nasional.
Dukungan Infrastruktur Pengairan untuk Perkebunan Kopi
Dalam acara Panen Perdana Kopi Sleman bertajuk "Kopi Sleman, Berkualitas Untuk Negeri" yang digelar di Dusun Ploso Kerep, Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Sri Sultan menyampaikan komitmen pemerintah daerah untuk membantu pembangunan embung sebagai sumber air bagi kebun kopi.
“[Bangun embung] Tidak usah (dana dari) APBN, daerah saja bisa. Kami di provinsi juga sudah membangun embung di mana-mana, seperti untuk perkebunan teh ataupun durian,” ungkap Sri Sultan.
Keberadaan embung ini diharapkan dapat menyediakan pasokan air yang cukup sehingga tanaman kopi di lereng Merapi dapat tumbuh optimal dan menghasilkan kopi berkualitas unggul.
Namun, Sri Sultan mengingatkan bahwa infrastruktur air tidak cukup tanpa partisipasi aktif masyarakat. Ia meminta dukungan perangkat desa dan warga setempat untuk gotong royong membangun saluran air dari embung ke kebun kopi.
“Kalau ada embung tapi tidak ada pipa-pipa untuk mengairi hingga ke perkebunan kopi, ya percuma juga. Jadi bisa tidak, kita gotong royong bersama memasang pipa? Yang murah saja yang penting air bisa mengalir dari embung ke tanaman kita,” tambahnya.
Pentingnya Konsistensi Produksi dan Branding Kopi Lereng Merapi
Selain fasilitas pendukung, Sultan juga menekankan pentingnya konsistensi dalam produksi dan pemasaran. Menurutnya, menjaga kualitas dan kontinuitas hasil panen adalah kunci agar kopi lereng Merapi mampu bersaing di pasar nasional bahkan internasional.
“Untuk pemasaran juga harus konsisten dan jual kopinya pakai satu nama saja, jangan macam-macam, nanti justru saling bersaing. Harapan saya ada satu branding saja, harga jualnya juga disamakan, bangun jaringan bisnis, dan tumbuhkan masyarakat yang guyub dan semangat kebersamaan. Jangan sampai ketika ada banyak permintaan tidak tersedia stok yang memadai,” jelas Sultan.
Sultan pun menyambut baik peran Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Taru Martani yang siap menyerap hasil panen kopi dari para petani dan membantu pemasaran. “Silahkan [petani] membangun jaringan, bisa [dengan] perbankan, BPD, BUMD (seperti Taru Martani) bisa. Ketua perkopian juga saya minta datang ke sini, kan bisa berbuat sesuatu untuk marketnya nanti kita rasakan,” kata dia.
Kemen Pertanian Dorong Kopi sebagai Daya Tarik Pariwisata
Hadir dalam panen perdana, Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian RI, Heru Tri Widarto, mengapresiasi keberhasilan pengembangan kebun kopi yang sudah dimulai sejak tiga tahun lalu. Menurutnya, kopi tidak hanya penting sebagai komoditas ekspor, tapi juga sebagai daya tarik wisata yang dapat mendongkrak perekonomian lokal.
“Kopi dan pariwisata itu hubungannya sangat erat. Kita mungkin berpikirnya kopi diproduksi untuk ekspor. Padahal kalau kita menjadikannya daya tarik bagi wisatawan, akan mendatangkan lebih banyak keuntungan,” ujar Heru.
Ia menjelaskan, wisatawan yang datang ke lereng Merapi bisa menikmati kopi sekaligus keindahan alam sekitar. Ini secara otomatis akan membantu sektor transportasi, perhotelan, kuliner, dan UMKM yang ada di DIY.
Heru juga menegaskan komitmen Kementerian Pertanian untuk mendukung pengembangan perkebunan kopi di DIY. “Tahun depan kami akan mulai beralih fokus dari beras dan jagung ke tanaman perkebunan, termasuk kopi. Apalagi saya lihat di daerah sini masih cukup banyak lahan yang bisa ditanami kopi, dengan metode tumpang sari. Selain ekonomis, tanaman ini juga bisa menjadi konservasi tanah,” tambahnya.
Pemerintah Kabupaten Sleman Apresiasi Kolaborasi untuk Kopi Lereng Merapi
Bupati Sleman, Harda Kiswaya, menyatakan rasa syukurnya atas keberhasilan masyarakat Umbulharjo dalam mengembangkan kebun kopi. Ia menilai kolaborasi antara pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, dan masyarakat menjadi kunci utama pencapaian ini.
“Kami juga berterima kasih atas motivasi serta dorongan pusat dan Pemda DIY. Kolaborasi pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten Sleman bersama masyarakat lereng Merapi ini akhirnya berhasil mewujudkan perkebunan kopi di lereng Merapi,” jelas Harda.
Bupati juga berkomitmen untuk terus mendukung dan mengembangkan perkebunan kopi rakyat agar makin maju dan bermanfaat bagi perekonomian masyarakat.
PT Taru Martani Siap Menyerap dan Memasarkan Kopi Lereng Merapi
Direktur Utama PT Taru Martani, Widayat Joko Priyanto, menegaskan komitmen BUMD milik Pemda DIY dalam menyerap hasil panen dan membantu pemasaran kopi lereng Merapi.
“Taru Martani siap menyerap hasil panen kopi lereng Merapi. Sebagai BUMD yang bergerak di bidang pangan dan pertanian, kami punya usaha turunannya yaitu café dan resto yang menyajikan menu kopi. Jadi ini relevan,” jelas Widayat.
Ia berharap kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah DIY, Pemkab Sleman, para stakeholder, dan masyarakat dapat menjadikan kopi lereng Merapi sebagai komoditas unggulan baru bagi DIY.
“Prinsipnya kami sebagai BUMD berkomitmen memberikan manfaat kepada masyarakat DIY,” pungkas Widayat.
Panen perdana kopi di lereng Merapi menjadi tonggak penting dalam pengembangan komoditas kopi di DIY. Dukungan pemerintah daerah dan pusat, termasuk pembangunan embung dan jaringan pemasaran yang kuat, diharapkan mampu mendorong kopi Merapi menjadi produk unggulan yang mendongkrak ekonomi masyarakat dan menarik wisatawan. Pesan utama Gubernur DIY Sri Sultan dan para pemangku kepentingan adalah menjaga konsistensi produksi, memperkuat branding, dan membangun sinergi untuk kemajuan kopi lereng Merapi ke depan.