JAKARTA - Pasar otomotif nasional tengah menghadapi tekanan berat sepanjang tahun ini. Penurunan penjualan kendaraan roda empat menjadi salah satu tantangan utama yang dirasakan oleh berbagai pelaku industri. Berdasarkan data yang dirilis oleh Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil secara wholesales pada bulan Juni mengalami penurunan tajam sebesar 22,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Tren ini memberikan sinyal bahwa industri otomotif nasional belum sepenuhnya pulih dan membutuhkan strategi jitu untuk bangkit.
BYD Tanggap Terhadap Situasi Pasar
BYD, produsen kendaraan listrik asal Tiongkok yang tengah gencar melebarkan sayapnya di Indonesia, turut merespons kondisi pasar otomotif yang sedang melemah. Perusahaan menyadari sepenuhnya bahwa tekanan ini bukan hanya dirasakan oleh satu atau dua merek, melainkan oleh seluruh pelaku industri.
“Contohnya dari sisi financial institution untuk adanya stimulus dari sisi pembelian keuangan, kemudian mungkin ada support program-program dari brand owner, itu mengeskalasi penjualan,” kata Head of Marketing, PR, & Government Relations BYD Indonesia, Luther Panjaitan kepada JawaPos.com.
Pernyataan Luther menunjukkan bahwa BYD tidak hanya fokus pada strategi internal, namun juga menaruh perhatian pada pentingnya sinergi antar pemangku kepentingan. Menurutnya, kerja sama antara pihak pembiayaan, brand, dan otoritas terkait bisa menciptakan program-program yang efektif untuk menstimulasi pasar, khususnya dalam mendorong pembelian kendaraan listrik yang saat ini mulai berkembang.
Dukungan Stakeholder Jadi Faktor Kunci
Luther juga menyuarakan pentingnya kehadiran insentif serta kemudahan kepemilikan kendaraan sebagai solusi atas melemahnya daya beli masyarakat. Dalam pandangannya, industri otomotif memiliki rantai nilai yang sangat luas, mulai dari hulu hingga hilir, termasuk sektor-sektor pendukung seperti after sales, aksesoris, hingga media.
“Ini kan soal industri yang cukup padat modal, industri besar dan banyak turunannya, industri ini banyak turunannya, dari sisi after sales, dari sisi aksesoris, bahkan sampai ke media pun, media juga menjadi bagian dari ekosistem industri otomotif ini padat modal. Jadi kita harapkan memang ini segera recovery dan para stakeholders juga memiliki perhatian khusus,” jelas Luther.
Dengan melibatkan semua elemen dalam ekosistem industri otomotif, ia meyakini pemulihan bisa berlangsung lebih cepat dan merata. Tak hanya produsen dan konsumen, melainkan seluruh pihak yang berkaitan dengan industri harus bergerak bersama untuk mengatasi perlambatan ini.
Langkah Strategis Melalui Produk Terjangkau
Sebagai bentuk adaptasi terhadap kondisi pasar yang sedang lesu, BYD meluncurkan kendaraan listrik dengan harga lebih terjangkau. Produk baru mereka, Atto 1, menjadi pilihan strategis yang diharapkan dapat menjangkau pasar yang lebih luas, termasuk generasi muda dan first-time buyers.
“Ini paling nggak kita bisa men-trigger adanya peningkatan atau eskalasi jumlah penjualan, karena ini lebih terjangkau, apalagi ini EV. Jadi kita berkontribusi pada industri ini,” terang Luther.
Langkah ini sekaligus menjadi komitmen BYD dalam memperkuat pasar kendaraan listrik di Indonesia. Selain mendukung tren elektrifikasi, hadirnya produk yang lebih affordable juga mencerminkan strategi BYD dalam mendorong inklusi pasar. Atto 1 diharapkan mampu memecah keraguan konsumen terhadap kendaraan listrik dengan menawarkan harga yang lebih bersahabat namun tetap berkualitas.
Optimisme Terhadap GIIAS Sebagai Pemicu Penjualan
Tahun ini, Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) kembali digelar sebagai ajang pameran otomotif terbesar di Tanah Air. Bagi BYD, GIIAS bukan sekadar pameran, melainkan peluang emas untuk memaksimalkan eksposur produk sekaligus mendorong penjualan.
Luther Panjaitan menegaskan bahwa momentum GIIAS dapat menjadi pemicu penting dalam pencapaian target penjualan tahunan. Meskipun pasar belum pulih sepenuhnya, ia percaya bahwa setiap merek akan melakukan upaya terbaik untuk menarik perhatian pengunjung dan meningkatkan minat beli.
“Jadi rasanya semua brand itu tidak akan tinggal diam, agar pencapaian di GIIAS ini jadi trigger lah, untuk penjualan satu tahun, karena brandnya makin banyak kan, mungkin mudah-mudahan membantu, pilihannya makin banyak, ada beberapa line up bahkan lebih affordable,” ujarnya.
Kehadiran lebih banyak merek dan model, termasuk dari kategori kendaraan listrik, dinilai akan memberi dampak positif terhadap pilihan konsumen. BYD pun melihat ini sebagai peluang untuk memperkenalkan teknologi, memperluas jangkauan, dan menciptakan basis konsumen baru yang loyal terhadap kendaraan ramah lingkungan.
Peran Strategis BYD dalam Ekosistem Otomotif
Sebagai pendatang baru di Indonesia namun sudah memiliki nama besar secara global, BYD menunjukkan keseriusannya dalam membangun peran jangka panjang di industri otomotif nasional. Selain menghadirkan produk, BYD juga aktif menyuarakan pentingnya dukungan ekosistem secara menyeluruh agar industri tetap kompetitif.
Langkah-langkah yang diambil BYD, mulai dari memperkenalkan produk baru, menjalin kerja sama strategis, hingga mendorong keterlibatan stakeholder, menjadi wujud kontribusi nyata dalam menjaga pertumbuhan sektor otomotif nasional.
Di tengah tantangan global dan nasional, harapan terhadap pemulihan pasar memang tidak bisa diletakkan hanya di satu tangan. Kolaborasi menjadi kunci utama. Dan melalui partisipasi aktif di ajang GIIAS serta peluncuran produk terjangkau, BYD mencoba mengambil peran sentral dalam mendorong kinerja industri ke arah yang lebih positif.