Industri Nikel Berkelanjutan: Langkah Mitigasi untuk Kesehatan dan Lingkungan
- Senin, 16 Juni 2025

JAKARTA - Aktivitas pertambangan nikel yang selama ini dianggap sebagai motor penggerak industri hilirisasi, kini harus menghadapi sorotan serius terkait dampak kesehatan yang ditimbulkannya. Dalam beberapa tahun terakhir, temuan berbagai studi ilmiah menunjukkan bahwa proses penambangan dan pengolahan nikel berisiko menyebabkan penyakit pernapasan, gangguan ginjal, hingga kanker. Studi-studi tersebut mengungkapkan bahwa meski sektor ini memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian, risiko kesehatannya tak bisa diabaikan begitu saja.
Menurut publikasi yang diterbitkan dalam Case Studies in Chemical and Environmental Engineering dan International Journal of Environmental Research and Public Health (2020), berbagai proses dalam industri tambang nikel dapat meningkatkan risiko penyakit serius bagi manusia. Studi komprehensif yang menggunakan pendekatan Life Cycle Assessment (LCA) menunjukkan bahwa setiap produksi satu ton nikel menghasilkan emisi karbon dioksida (CO?) sebesar 46.100 kg CO? ekuivalen.
Emisi Logam Berat dan Ancaman Kesehatan
Baca Juga
Emisi yang lebih berbahaya berasal dari logam berat, seperti nikel, kadmium, kromium, dan timbal, yang tercemar ke dalam air dan tanah, serta menimbulkan dampak yang sangat buruk bagi kesehatan. Proses ini berpotensi memicu gangguan pernapasan seperti asma, serta kerusakan ginjal, bahkan gangguan intelektual pada anak-anak. Sebagai contoh, paparan jangka panjang terhadap logam berat ini dapat mengarah pada penurunan fungsi ginjal dan pembentukan batu ginjal yang berbahaya.
Pencemaran Udara: Penyebab Asma dan Kanker Paru
Salah satu dampak langsung yang paling terasa adalah polusi udara yang dihasilkan oleh aktivitas tambang nikel. Pembakaran bahan bakar fosil, seperti minyak bakar dan batu bara, untuk proses pertambangan nikel menghasilkan sulfur dioksida (SOx), nitrogen oksida (NOx), dan partikel halus (PM2.5). Gas-gas dan partikel ini telah terbukti menjadi penyebab utama asma. Menurut hasil studi, diperkirakan bahwa untuk setiap satu ton nikel yang diproduksi, dapat memicu 0,000921 kasus asma per tahun.
Gas-gas ini tidak hanya menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan, tetapi juga merusak jaringan paru-paru secara permanen dalam jangka panjang. Bahkan, paparan partikel halus yang dihasilkan selama proses pertambangan nikel dapat memicu kanker paru-paru jika terhirup secara terus-menerus. Paparan jangka panjang terhadap polusi udara ini, terutama bagi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan tambang, jelas meningkatkan risiko penyakit pernapasan yang serius.
Pencemaran Air dan Dampaknya pada Kesehatan Ginjal
Selain polusi udara, aktivitas pertambangan nikel juga menyebabkan pencemaran air. Limbah cair yang dihasilkan dari pengolahan nikel mencemari air tanah dan permukaan dengan kandungan nikel yang sangat tinggi. Sebagai contoh, dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Khorasan Selatan, Iran, terungkap bahwa kandungan nikel dalam air tanah di salah satu titik pengambilan sampel mencapai 132,39 ?g/l, yang jauh melebihi ambang batas aman yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 20 ?g/l.
Pencemaran air ini berpotensi memicu berbagai gangguan kesehatan, terutama pada fungsi ginjal. Air yang terkontaminasi logam berat dapat memperburuk kondisi ginjal, bahkan memicu osteoporosis. Selain itu, jika air tersebut digunakan untuk kebutuhan rumah tangga seperti minum atau irigasi, risiko kerusakan ginjal menjadi lebih besar. Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Scientific Reports (2024), yang mencatat bahwa beberapa titik pengambilan sampel menunjukkan level hazard quotient (HQ) ? 1, yang berarti air tersebut sudah masuk kategori risiko non-karsinogenik yang sangat tinggi.
Jejak Kanker dan Kerusakan Organ Lainnya
Selain masalah ginjal, paparan logam berat dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan yang lebih serius pada tubuh manusia. Studi toksikologi yang diterbitkan dalam International Journal of Environmental Research and Public Health mengungkapkan bahwa paparan terhadap nikel dalam bentuk partikel yang terhirup maupun larutan terkontaminasi bisa menyebabkan kerusakan DNA dan stress oksidatif. Dampaknya sangat berbahaya, sebab perubahan genetik ini dapat memicu kanker paru-paru, kanker darah, serta kanker nasofaring.
Nikel juga diketahui memiliki kemampuan untuk menghambat beberapa enzim penting dalam tubuh manusia. Selain itu, paparan jangka panjang terhadap partikel nikel dapat merusak mitokondria, yang pada gilirannya meningkatkan risiko penyakit jantung dan gangguan fungsi otak.
Tinjauan Kesehatan Lingkungan yang Mendalam Diperlukan
Dengan temuan-temuan ilmiah yang semakin menunjukkan ancaman kesehatan dari industri pertambangan nikel, sudah saatnya pemerintah dan industri pertambangan melakukan tinjauan ulang terhadap dampak negatif yang ditimbulkan oleh aktivitas ini. Perlu ada pendekatan yang lebih bertanggung jawab dalam pengelolaan tambang nikel untuk mengurangi dampak buruknya terhadap masyarakat.
Salah satu langkah yang perlu segera diambil adalah memperkuat pemantauan kualitas udara, air, dan tanah di sekitar kawasan tambang. Dengan pemantauan yang lebih ketat dan sistematis, risiko kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat sekitar dapat diminimalisir. Selain itu, penting untuk mengedukasi masyarakat tentang potensi bahaya yang dapat ditimbulkan oleh pencemaran yang terjadi akibat tambang nikel, serta pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
Dengan langkah-langkah pencegahan yang tepat, tambang nikel bisa tetap beroperasi dengan mengutamakan keselamatan dan kesehatan masyarakat. Pemangku kepentingan, baik pemerintah, perusahaan, maupun masyarakat, harus bekerja sama untuk menciptakan keseimbangan antara kemajuan industri dan keberlanjutan lingkungan demi kesehatan jangka panjang.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Infinix Hot 60 Pro, Gadget Anyar Siap Rilis 24 Juli
- 19 Juli 2025
2.
Jadwal Kapal Pelni Tarakan Parepare Juli 2025
- 19 Juli 2025
3.
Garuda Indonesia Layani Rute Jakarta Samarinda
- 19 Juli 2025
4.
Olahraga Ringan Bantu Jaga Tulang Belakang
- 19 Juli 2025
5.
6 Pasangan Artis Kakak Adik yang Jarang Terekspos
- 19 Juli 2025