BCA Optimalkan Likuiditas dan Dorong Pertumbuhan Kredit di Tengah Tantangan Pasar
- Kamis, 19 Juni 2025

JAKARTA – PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) menunjukkan langkah strategis dalam menjaga stabilitas likuiditas dan efisiensi struktur pendanaan di tengah ketatnya kondisi pasar keuangan nasional. Di tengah tantangan likuiditas sektor perbankan dan tekanan terhadap margin bunga bersih (net interest margin/NIM), BCA tetap berkomitmen menjaga kesinambungan bisnis melalui pendekatan kehati-hatian.
Executive Vice President Corporate Communication & Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn menegaskan bahwa pihaknya terus mencermati dinamika pasar, termasuk tren kualitas kredit, tekanan margin, dan perkembangan permodalan. “BCA akan senantiasa menjaga liquidity buffer agar dapat mengelola cost of funds dengan baik,” ujar Hera.
Strategi ini merupakan respons terhadap pelemahan harga saham sektor perbankan, termasuk emiten-emiten bank besar seperti BCA, Bank Mandiri (BMRI), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), dan Bank Negara Indonesia (BBNI). Penurunan harga saham tersebut mencerminkan kekhawatiran investor terhadap prospek jangka pendek industri perbankan yang dibayangi ketidakpastian global dan kebijakan suku bunga tinggi yang bertahan lama.
Baca Juga
Saham Bank Lesu, Investor Cermati Prospek Perbankan
Pada perdagangan terakhir, saham BCA tercatat turun sebesar 1,93% atau 175 poin ke level Rp8.900 per saham. Saham Bank Mandiri ikut melemah 0,49% menjadi Rp5.075, sementara saham BNI turun 1,38% ke Rp4.300, dan saham BRI terkoreksi 0,51% ke Rp3.940 per saham.
Pelemahan ini dipicu oleh kombinasi faktor eksternal dan domestik, seperti tekanan ekonomi global serta kekhawatiran terhadap suku bunga acuan yang tinggi dan berkepanjangan. Minimnya sentimen positif dari dalam negeri turut menambah tekanan terhadap saham sektor perbankan, termasuk bank-bank jumbo yang selama ini menjadi tulang punggung sektor keuangan Indonesia.
Kebijakan BI Jadi Sorotan Pelaku Pasar
Keputusan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga acuan di level 5,50% menjadi perhatian utama pelaku pasar. Meskipun langkah ini ditujukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan inflasi, bagi sektor perbankan kebijakan ini berpotensi memperpanjang tekanan terhadap margin keuntungan, terutama NIM, yang sejak awal tahun mulai mengalami kontraksi.
Namun demikian, BCA menilai positif kebijakan BI tersebut. “Kami mengapresiasi langkah Bank Indonesia yang tetap mempertahankan suku bunga. Kami berharap kebijakan ini dapat menstimulasi permintaan kredit dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional secara berkelanjutan,” jelas Hera.
BCA menekankan bahwa kebijakan tersebut memberi ruang bagi perbankan untuk memperluas penyaluran kredit ke berbagai sektor usaha yang produktif, dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian (prudential banking).
Kredit Tumbuh Dua Digit, Laba Konsolidasi Meningkat
Terlepas dari tekanan eksternal dan dinamika kebijakan moneter, kinerja keuangan BCA tetap menunjukkan pertumbuhan positif. Total penyaluran kredit BCA dan entitas anak tercatat tumbuh 12,6% secara tahunan (year-on-year) menjadi Rp941 triliun.
Pertumbuhan ini ditopang oleh ekspansi pembiayaan berkualitas, termasuk pembiayaan sektor-sektor prioritas yang dinilai memiliki risiko rendah dan potensi pertumbuhan tinggi. Selain itu, peningkatan volume transaksi nasabah dan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) turut memperkuat kinerja bank swasta terbesar di Indonesia ini.
Dari sisi profitabilitas, BCA mencatat laba bersih konsolidasian sebesar Rp14,1 triliun, meningkat 9,8% secara tahunan. Kinerja ini menjadi bukti bahwa bank mampu menjaga kualitas aset dan memperkuat basis pendanaan secara berkelanjutan.
Fokus Diversifikasi dan Prinsip Kehati-hatian
Di tengah tantangan yang ada, BCA terus menjajaki peluang penyaluran kredit ke berbagai segmen usaha. Hera menegaskan bahwa BCA berkomitmen untuk menjaga keseimbangan antara ekspansi dan manajemen risiko. “Pada prinsipnya, BCA akan senantiasa menjajaki penyaluran kredit ke berbagai segmen dan sektor, dengan mengedepankan prinsip-prinsip perbankan yang pruden,” tegasnya.
Langkah ini sejalan dengan upaya BCA dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, khususnya dalam fase transisi ekonomi global dan nasional yang terus berlangsung. Selain itu, manajemen likuiditas tetap menjadi perhatian utama di tengah ketatnya persaingan dana di pasar.
Penguatan Permodalan dan Digitalisasi
Dalam memperkuat ketahanan terhadap volatilitas pasar, BCA juga menaruh perhatian pada penguatan permodalan dan transformasi digital. Investasi di bidang teknologi informasi terus dilakukan guna mendukung efisiensi operasional dan meningkatkan pengalaman nasabah.
BCA juga menjaga rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) di atas ketentuan minimum regulator, sebagai bagian dari strategi untuk menghadapi tekanan sistemik dan memberikan keyakinan kepada investor maupun nasabah.
Dengan langkah strategis tersebut, BCA tetap optimistis menghadapi semester kedua 2025, meski tetap waspada terhadap dinamika global yang dapat mempengaruhi stabilitas pasar dan sektor keuangan nasional.
BCA menunjukkan ketangguhan dalam menghadapi ketatnya likuiditas perbankan dengan memperkuat buffer likuiditas, menjaga efisiensi pendanaan, serta fokus pada kredit berkualitas. Meskipun sektor perbankan tengah menghadapi tekanan dari sisi suku bunga dan pelemahan saham, BCA tetap menunjukkan performa positif dan berkomitmen menjaga kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Xiaomi Redmi Turbo 5 Usung Chipset Baru dan Baterai Jumbo
- 05 Agustus 2025
2.
Samsung Galaxy A17 5G Siap Meluncur di Indonesia
- 05 Agustus 2025
3.
iPhone di Bawah 10 Juta yang Masih Worth It 2025
- 05 Agustus 2025
4.
Garuda Indonesia Tingkatkan Layanan dengan Rute Baru
- 05 Agustus 2025
5.
Sinergi Pemprov Banten dan Angkasa Pura Bandara Soetta
- 05 Agustus 2025