Kisah Inspiratif Mantan Buruh Migran Jember Sukses Bangkit dan Berdayakan Perempuan Lewat Ecoprint

Kisah Inspiratif Mantan Buruh Migran Jember Sukses Bangkit dan Berdayakan Perempuan Lewat Ecoprint
Kisah Inspiratif Mantan Buruh Migran Jember Sukses Bangkit dan Berdayakan Perempuan Lewat Ecoprint

JAKARTA  — Perjalanan hidup Lisa Widyawati (35), warga Dusun Langon, Desa Ambulu, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember, menjadi bukti bahwa pahitnya masa lalu tidak menjadi penghalang untuk bangkit dan memberikan inspirasi. Mantan buruh migran ini kini sukses sebagai pelatih ecoprint dan pelaku usaha kreatif yang memberdayakan perempuan di sekitarnya.

Lisa mengawali kisahnya pada tahun 2009 ketika ia direkrut sebagai pekerja migran ke Hongkong melalui jalur resmi. Namun kenyataan yang dihadapinya sangat jauh dari harapan. Saat itu, usianya yang baru menginjak 17 tahun dipalsukan menjadi 23 tahun oleh agen tenaga kerja.

“Saya dulu seorang pekerja migran yang bekerja di Hongkong, tapi cuma sebentar, 5 bulan, karena mengalami pemalsuan dokumen. Usia saya saat itu dipalsukan dari 17 tahun menjadi 23 tahun. Padahal saya belum punya KTP,” ungkap Lisa, Kamis, 19 Juni 2025.

Baca Juga

Peran Pendidikan bagi Masa Depan

Bekerja Tak Sesuai Kontrak, Lisa Pulang dengan Luka

Setelah tiba di Hongkong, Lisa menghadapi realita kerja yang tidak sesuai dengan kontrak yang dijanjikan. Ia harus mengurus tiga anak kecil dan seorang lansia, selain tugas domestik lainnya. Beban yang berat, keterbatasan bahasa, dan tekanan mental membuatnya tak sanggup bertahan lama.

“Saya kerja bukan hanya bersih-bersih dan masak seperti di job order. Tapi juga harus jaga tiga anak dan nenek. Saya sangat kewalahan. Akhirnya cuma bertahan lima bulan dan pulang ke Indonesia,” kenangnya.

Sepulang dari Hongkong, Lisa sempat bekerja di swalayan sebelum akhirnya menikah. Namun, titik balik hidupnya dimulai saat ia bergabung dengan organisasi MigranCare pada tahun 2017, yang mempertemukannya dengan program Desa Peduli Buruh Migran (Desbumi).

Temukan Jalan Baru Lewat Ecoprint

Desbumi menjadi ruang bagi Lisa untuk mengenal pemberdayaan ekonomi lokal. Pada tahun 2021, ia mengikuti pelatihan yang didanai oleh anggaran desa mengenai teknik pewarnaan alami ramah lingkungan yang dikenal sebagai ecoprint. Sejak saat itu, ia tertarik mendalami teknik ini secara mandiri.

“Di Desbumi itu ada pemberdayaan ekonomi, penanganan kasus, juga membantu teman-teman yang mau ke luar negeri. Tahun 2021 atau 2022, ada pelatihan dari dana desa tentang Ecoprint. Dari situ saya mulai tertarik dan belajar sendiri,” jelas Lisa.

Kini, ia tak hanya memproduksi beragam produk kreatif ecoprint seperti kain, baju, mukena, sepatu, tas kulit, topi, dan buku dari kertas ecoprint, tapi juga aktif melatih warga sekitar agar bisa mandiri secara ekonomi. Usahanya, yang dinamai Griya Ecoprint, juga dipasarkan lewat media sosial dan berbagai pameran lokal.

Menjadi Pelatih Bersertifikat dan Simbol Inspirasi

Keseriusan Lisa membawanya mendapatkan sertifikasi resmi sebagai pelatih ecoprint dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) melalui program yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia. Hal ini memberinya legalitas untuk membuka pelatihan kepada masyarakat luas.

“Saya berani mengajar karena sudah bersertifikat. Sekarang saya bukan hanya menjual produk, tapi juga membuka pelatihan Ecoprint untuk siapa saja yang ingin belajar dan mandiri secara ekonomi,” ujar Lisa dengan penuh semangat.

Tak hanya menjadi pelaku usaha, Lisa kini juga menjabat sebagai Ketua Pusat Pelayanan Terpadu di program Desbumi, dan aktif dalam advokasi serta pendampingan warga yang hendak menjadi buruh migran.

Dukungan Legislator, Usulan Perda Perlindungan Buruh Migran

Kisah Lisa mendapat sorotan dari anggota Komisi D DPRD Jember, Indi Naidha. Menurutnya, perjalanan hidup Lisa sangat inspiratif dan relevan sebagai teladan bagi perempuan, terutama yang pernah menjadi buruh migran.

“Dari contoh Bu Lisa ini, dapat menjadi contoh bagi ibu-ibu lainnya di luar sana. Termasuk juga para buruh migran maupun mantan buruh migran. Bahwa dalam berwirausaha itu, dapat membuat kita menjadi lebih mandiri,” ujar Indi.

Ia juga mengingatkan masyarakat untuk tidak mudah tergiur dengan iming-iming bekerja di luar negeri, mengingat tingginya risiko yang dihadapi, terutama oleh perempuan muda yang minim informasi dan perlindungan hukum.

“Jangan memiliki pola pikir atau paradigma, bekerja di luar negeri dengan iming-iming gaji besar itu membuat semua aman. Risiko kejahatan dan penipuan tinggi, apalagi ketika kita jauh dari rumah, jauh dari Indonesia,” tegasnya.

Indi menyampaikan bahwa pihaknya bersama fraksi di DPRD Jember tengah mendorong kebijakan perlindungan bagi buruh migran melalui peraturan daerah (Perda).

“Kami terus berkomunikasi dengan NGO yang mengawal para buruh migran. Kami dari PDI Perjuangan berharap bisa menginisiasi adanya Perda Perlindungan untuk buruh migran. Yang saya ketahui, hal ini sangat diharapkan agar ada jaminan keselamatan bagi para buruh migran,” ujarnya.

Dari Pahitnya Masa Lalu, Tumbuh Harapan Baru

Perjalanan hidup Lisa Widyawati menjadi gambaran nyata bahwa pengalaman buruk tidak selalu membawa keterpurukan. Justru dari luka itulah, semangat untuk bangkit tumbuh lebih kuat. Melalui ecoprint, ia tidak hanya mengubah hidupnya sendiri, tetapi juga membawa dampak nyata bagi perempuan lain di desanya.

“Saya ingin perempuan, terutama mantan pekerja migran, bisa berdiri di atas kaki sendiri. Kita bisa, asal mau belajar dan pantang menyerah,” tutupnya.

Sindi

Sindi

navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

HP OPPO Rp2 Jutaan, Speknya Ngebut

HP OPPO Rp2 Jutaan, Speknya Ngebut

Harga HP Xiaomi Juli 2025 Terbaru

Harga HP Xiaomi Juli 2025 Terbaru

Peran Pendidikan bagi Masa Depan

Peran Pendidikan bagi Masa Depan

Layanan Kesehatan Gratis Digelar di Bekasi

Layanan Kesehatan Gratis Digelar di Bekasi

7 Wisata Air Favorit di Malang Raya 2025

7 Wisata Air Favorit di Malang Raya 2025