
JAKARTA - Pembangunan infrastruktur kerap membawa dampak kompleks, tidak hanya pada lanskap fisik, tetapi juga aspek sosial dan budaya masyarakat. Proses relokasi pemakaman di Sleman, sebagai bagian dari proyek jalan tol Solo–Yogyakarta–YIA Kulon Progo, menjadi salah satu contoh nyata. Tak hanya soal teknis pembangunan, tetapi juga bagaimana penghormatan terhadap nilai-nilai tradisi, adat, dan sejarah dijaga dalam peralihan tersebut. Dari total 289 makam yang terdampak, proses pengangkatan jenazah dilakukan secara hati-hati dan melibatkan berbagai pihak penting.
Motivasi Relokasi dan Lokasi Baru
Pembangunan jalan tol ini ditujukan untuk meningkatkan konektivitas antara Solo, Yogyakarta, dan Bandara Internasional Yogyakarta (YIA). Namun, seperti halnya proyek besar lainnya, hal ini menimbulkan tantangan — terutama ketika harus melewati lahan yang memiliki ikatan emosional dan spiritual, seperti pemakaman umum di Dusun Bayen, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman.
Baca Juga
Direktur Utama PT Jasamarga Jogja Solo, Rudy Hardiansyah, menjelaskan bahwa relokasi dilakukan di dua makam umum yang terdampak. Pemindahan makam dimulai pada 14 Juli 2025 dan direncanakan berlangsung hingga 17 Juli 2025, dengan total 289 makam yang akan dipindahkan. Lokasi penggantinya berada sekitar 1 kilometer dari tempat semula .
Proses dan Protokol Relokasi
Menurut Rudy, pada hari pertama sudah dilakukan pemindahan terhadap 99 makam, dan prosesnya dilakukan selama empat hari secara bertahap . Meski terlihat sederhana, proses ini bukanlah hal ringan: setiap jenazah dipindahkan dengan penuh kehati-hatian untuk menghormati keluarga almarhum dan tradisi setempat. Tahapan ini mencerminkan kesungguhan pihak pengembang bersama pemerintah dalam menjaga nilai-nilai budaya masyarakat setempat.
Kolaborasi Lintas Institusi Budaya dan Pemerintah
Relokasi makam tidak bisa hanya dilaksanakan secara mandiri oleh pengembang. Rudy menekankan bahwa telah dibentuk Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara PT JMJ, Kementerian Pekerjaan Umum (PU), dan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat . Keterlibatan Kraton sangat vital, mengingat Kraton memiliki otoritas dalam budaya dan adat di Yogyakarta. Langkah ini pun mendapat dukungan dari pemerintah pusat dan daerah, sebuah kolaborasi untuk memastikan bahwa tiap pemindahan makam dilakukan dengan rasa hormat dan penuh tanggung jawab.
Tantangan Budaya dan Strategi Solutif
Relokasi makam menuntut pendekatan yang bersifat sensitif dan menghormati. Tantangannya tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga psikologis: keluarga almarhum perlu diyakinkan bahwa jenazah akan diperlakukan dengan semestinya. Penerapan PKS dan keterlibatan banyak pihak mencerminkan keseriusan proyek ini dalam menyelaraskan kemajuan infrastruktur dan kelestarian budaya setempat.
Integrasi Jangka Panjang dan Dampak Ekonomi
Meski relokasi makam bisa dianggap sebagai gangguan terhadap tradisi, Rudy menjelaskan bahwa pembangunan Jalan Tol Solo–Yogyakarta–YIA tetap dijalankan sesuai jadwal. Ia optimis bahwa tol tersebut akan memberikan manfaat signifikan bagi ekonomi masyarakat, menciptakan konektivitas yang lebih baik, dan membuka peluang pertumbuhan ekonomi di wilayah terdampak .
Preservasi makam dan penghormatan budaya adalah investasi sosial yang diperlukan untuk menjaga kepercayaan masyarakat. Jika proses ini dikelola dengan baik, kepercayaan publik terhadap proyek infrastruktur akan tetap terjaga—dan hal ini sangat krusial untuk keberlangsungan proyek selanjutnya.
Pelajaran Strategis dari Relokasi Ini
Pentingnya Perencanaan Awal
Penempatan jalan tol yang melintasi lahan pemakaman sudah diperhatikan sejak awal. Pendekatan yang benar dilakukan dengan melakukan pemetaan agar menghindari hal-hal sensitif, tetapi saat tidak memungkinkan, langkah-langkah mitigasi seperti relokasi sangat diperlukan.
Pendekatan Budaya dan Sosial
Tidak hanya dilakukan secara teknis, proyek ini memasukkan aspek budaya sebagai bagian dari proses. Kolaborasi formal antara pengembang, pemerintah, dan lembaga adat memastikan proses relokasi berlangsung dengan penuh kesungguhan dan rasa hormat.
Keterlibatan pihak keluarga dan tokoh adat
Keterlibatan Kraton sebagai perwakilan budaya dan adat memperkuat legitimasi proses relokasi. Hal ini menunjukkan bahwa keputusan pembangunan disusun dengan memperhatikan taraf budaya lokal.
Dampak positif jangka panjang
Meski proses relokasi sempat memakan waktu dan tenaga, hasilnya adalah infrastruktur yang lebih baik dan kelestarian nilai-nilai budaya. Jalan tol ini diharapkan membuka akses masyarakat, mempercepat distribusi barang, dan membuka lapangan kerja baru.
Relokasi 289 makam akibat proyek pembangunan Jalan Tol Solo–Yogyakarta–YIA di Sleman menunjukkan bagaimana pembangunan infrastruktur besar tidak boleh bersikap mengabaikan aspek kemanusiaan dan budaya. Dengan pelaksanaan relokasi sejak 14–17 Juli 2025, dan pemindahan awal terhadap 99 makam, proses ini dilaksanakan secara tertib dan penuh rasa hormat .
Kolaborasi antara PT JMJ, pemerintah, dan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat membawa pesan bahwa kemajuan tidak harus dikorbankan, melainkan bisa diselaraskan dengan penghormatan terhadap adat dan nilai masyarakat. Ini adalah contoh bagaimana proyek modern mampu menghormati warisan budaya dan berintegrasi secara harmonis.
Semoga proyek ini dapat menjadi contoh bagi pembangunan infrastruktur lainnya di Indonesia: bahwa pertumbuhan dan penghormatan budaya dapat berjalan berjajar, memperkaya dan sekaligus menjaga identitas sosial masyarakat kita.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Infinix Hot 60 Pro, Gadget Anyar Siap Rilis 24 Juli
- 19 Juli 2025
2.
Jadwal Kapal Pelni Tarakan Parepare Juli 2025
- 19 Juli 2025
3.
Garuda Indonesia Layani Rute Jakarta Samarinda
- 19 Juli 2025
4.
Olahraga Ringan Bantu Jaga Tulang Belakang
- 19 Juli 2025
5.
6 Pasangan Artis Kakak Adik yang Jarang Terekspos
- 19 Juli 2025