
JAKARTA - Harga emas batangan produksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) kembali mencatatkan penguatan tajam pada perdagangan Kamis, 17 Juli 2025. Setelah mengalami penurunan dalam beberapa hari sebelumnya, harga emas kini tercatat naik Rp 11.000 per gram, menjadi Rp 1.919.000 per gram dari posisi sebelumnya Rp 1.908.000 per gram.
Kenaikan ini menandai kembalinya sentimen positif terhadap logam mulia di pasar domestik, seiring dengan penguatan harga emas dunia akibat dinamika geopolitik dan isu politik global. Tidak hanya harga jual yang terkerek, harga buyback atau pembelian kembali oleh Antam juga mencatatkan kenaikan serupa, naik Rp 11.000 menjadi Rp 1.763.000 per gram.
Kondisi ini menimbulkan kembali daya tarik emas sebagai salah satu instrumen investasi favorit, terutama di tengah ketidakpastian global yang masih berlangsung.
Baca Juga
Kenaikan Harga Tertinggi Sejak April
Meski harga saat ini belum menembus rekor tertinggi tahun ini, kenaikan tersebut membawa emas Antam mendekati harga tertinggi yang tercatat pada 22 April 2025, yakni Rp 2.016.000 per gram. Sementara itu, harga buyback tertinggi tercatat pada angka Rp 1.865.000 per gram.
Kebijakan pajak juga tetap berlaku dalam transaksi pembelian kembali. Penjualan emas batangan ke Antam dengan nominal di atas Rp 10 juta dikenai Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22. Besarannya 1,5 persen untuk pemilik NPWP dan 3 persen untuk non-NPWP, dan pajak tersebut langsung dipotong dari total nilai buyback.
Daftar Harga Lengkap Emas Antam 17 Juli 2025
Berikut rincian harga emas Antam berdasarkan berat yang dipatok pada hari ini:
0,5 gram: Rp 1.009.500
1 gram: Rp 1.919.000
2 gram: Rp 3.782.000
3 gram: Rp 5.653.000
5 gram: Rp 9.399.000
10 gram: Rp 18.720.000
25 gram: Rp 46.637.500
50 gram: Rp 93.155.000
100 gram: Rp 186.190.000
250 gram: Rp 465.087.500
500 gram: Rp 929.875.000
1.000 gram: Rp 1.859.600.000
Harga ini bisa berubah sewaktu-waktu mengikuti pergerakan pasar global dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Kinerja Emas Dunia: Efek Geopolitik dan Ketegangan Politik AS
Harga emas global menunjukkan lonjakan yang signifikan. Penyebab utamanya adalah laporan bahwa Presiden Amerika Serikat Donald Trump mempertimbangkan untuk memberhentikan Ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell.
Kabar itu awalnya disampaikan melalui laporan bahwa Trump telah menyusun surat pemecatan dan menunjukkannya dalam rapat tertutup dengan anggota DPR dari Partai Republik di Ruang Oval. Namun, sehari kemudian, Trump membantah niat itu secara terbuka, meskipun tidak secara tegas menutup kemungkinan pemecatan, dengan menyebutkan adanya investigasi atas proyek renovasi kantor pusat The Fed senilai USD 2,5 miliar, atau setara Rp 40,71 triliun (dengan kurs sekitar Rp 16.287 per dolar AS).
Situasi tersebut membuat harga emas spot sempat naik 0,9 persen menjadi USD 3.352,49 per ounce, setelah sebelumnya melonjak hingga 1,5 persen. Harga emas berjangka di AS pun turut meningkat 0,7 persen ke USD 3.360,80.
Menurut Commodity Strategist TD Securities, Daniel Ghali, "Berita utama yang menunjukkan Trump mempertimbangkan pemecatan Powell mendorong harga emas naik. Kemudian ia mengklarifikasi hal itu sangat kecil kemungkinannya. Pasar emas terombang-ambing oleh fluktuasi harga."
Ketegangan Kawasan dan Isu Perdagangan Jadi Pemicu Tambahan
Tak hanya faktor internal AS, situasi geopolitik di Timur Tengah ikut menjadi pemicu penguatan harga logam mulia. Serangan udara Israel di Damaskus, Suriah, yang menghantam Kementerian Pertahanan dan kawasan dekat istana presiden, menambah kekhawatiran pasar global. Ketegangan ini meningkatkan permintaan emas sebagai aset safe haven.
Sementara itu, dari sektor perdagangan internasional, Komisi Eropa tengah bersiap memberlakukan tarif terhadap barang-barang asal AS senilai USD 84 miliar, jika perundingan dagang dengan Washington gagal. Ancaman ini muncul setelah Trump mengisyaratkan tarif 30 persen atas impor dari Uni Eropa.
"Dengan serangan Israel dan sikap AS yang lebih agresif terhadap tarif perdagangan, terdapat sedikit ketidakpastian di pasar yang membantu harga emas," ujar Jim Wyckoff, analis senior di Kitco Metals.
Jim juga memproyeksikan bahwa emas akan bergerak di kisaran harga USD 3.250 hingga USD 3.476 dalam waktu dekat, mencerminkan pandangan bahwa volatilitas akan tetap tinggi.
Data Ekonomi AS Menambah Dukungan
Di sisi lain, data ekonomi yang dirilis pada pekan ini juga berperan dalam menopang harga emas. Harga produsen AS secara mengejutkan tidak mengalami perubahan pada Juni, setelah naik 0,3 persen pada Mei. Sebelumnya, harga konsumen tercatat naik 0,3 persen, lebih tinggi dari 0,1 persen di bulan sebelumnya.
Data ini menandakan tekanan inflasi mulai melemah, dan menjadi dasar bagi pasar untuk meyakini bahwa The Fed mungkin akan menahan diri dari penurunan suku bunga dalam waktu dekat. Kondisi seperti ini semakin memperkuat posisi emas sebagai instrumen lindung nilai di tengah ketidakpastian kebijakan.
Logam Mulia Lainnya Ikut Terangkat
Tidak hanya emas, logam mulia lainnya turut mencatatkan penguatan:
Perak spot naik 0,4 persen menjadi USD 37,85 per ounce
Platinum naik 2,9 persen menjadi USD 1.411,64
Paladium naik 1,7 persen menjadi USD 1.227,21
Lonjakan harga logam mulia secara umum menunjukkan bahwa investor global saat ini tengah mencari instrumen yang lebih aman, di tengah tekanan dari berbagai sisi politik, ekonomi, dan geopolitik.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Infinix Hot 60 Pro, Gadget Anyar Siap Rilis 24 Juli
- 19 Juli 2025
2.
Jadwal Kapal Pelni Tarakan Parepare Juli 2025
- 19 Juli 2025
3.
Garuda Indonesia Layani Rute Jakarta Samarinda
- 19 Juli 2025
4.
Olahraga Ringan Bantu Jaga Tulang Belakang
- 19 Juli 2025
5.
6 Pasangan Artis Kakak Adik yang Jarang Terekspos
- 19 Juli 2025