
JAKARTA - Di zaman sekarang, gadget sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan anak-anak. Namun, penggunaan gadget yang tidak terkendali ternyata dapat memicu ledakan emosi anak yang cukup serius. Bunda mungkin sering mengalami situasi di mana anak tiba-tiba tantrum, marah, atau menangis hebat saat diminta berhenti bermain gadget. Perilaku ini sebenarnya merupakan sinyal kuat bahwa emosi anak sudah mulai terpengaruh oleh paparan layar yang berlebihan.
Psikolog Klinis Anak, Devi Delia, M.Psi., menjelaskan bahwa durasi waktu penggunaan gadget merupakan faktor kunci yang menyebabkan masalah emosional ini. Semakin lama anak terpaku pada layar, semakin besar pula risiko emosi mereka menjadi tidak stabil dan mudah meledak-ledak. Devi menegaskan bahwa tontonan dan konten yang dilihat anak lewat gadget secara langsung memengaruhi respons emosional mereka.
Bagaimana Gadget Memicu Ledakan Emosi?
Baca Juga
Secara biologis, otak anak sangat rentan terhadap rangsangan dari luar. Ketika anak terlalu lama menatap layar gadget, sistem saraf mereka jadi sangat sensitif dan mudah kewalahan. Akibatnya, anak menjadi cepat frustrasi ketika sesuatu tidak berjalan sesuai dengan keinginannya. Bahkan, hal-hal kecil yang seharusnya bisa dihadapi dengan tenang, dapat membuat mereka marah atau rewel.
Gadget sering kali menyajikan konten dengan tempo cepat, suara bising, dan visual yang terus bergerak. Semua ini membuat otak anak harus bekerja lebih keras dari seharusnya untuk mencerna stimulasi yang masuk. Dampaknya, anak mengalami kesulitan untuk fokus, mudah terdistraksi, dan bingung mengelola emosinya sendiri.
Lebih jauh lagi, anak-anak cenderung meniru ekspresi atau perilaku yang mereka saksikan di layar, termasuk ekspresi marah atau agresif. Baik dari animasi maupun video pendek yang mereka tonton, hal ini dapat memicu emosi meledak-ledak yang semakin sering dan sukar dikendalikan oleh anak.
Konsekuensi Jangka Panjang dari Emosi yang Tidak Stabil
Jika kondisi ledakan emosi akibat paparan gadget ini tidak segera diatasi, dampaknya bisa berpengaruh pada banyak aspek tumbuh kembang anak. Anak yang emosinya tidak stabil cenderung mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan sosial, dan rasa percaya dirinya menurun. Ketika mereka beranjak remaja, masalah ini bisa bertambah rumit, karena mereka mungkin kesulitan menghadapi tekanan hidup dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Selain itu, kebiasaan melampiaskan emosi secara impulsif berpotensi terbawa hingga dewasa jika tidak diarahkan dengan baik sejak kecil. Hal ini akan memengaruhi cara anak menyelesaikan masalah, berkomunikasi dengan orang lain, serta menghadapi tekanan di berbagai fase kehidupan.
Tidak hanya itu, emosi yang tidak terkontrol juga berimbas pada kemampuan anak untuk berkonsentrasi saat belajar. Anak yang mudah terdistraksi dan tidak fokus biasanya mengalami penurunan prestasi akademik, dan ini bisa menyebabkan menurunnya rasa percaya diri karena merasa tertinggal dari teman-temannya.
Dalam jangka panjang, anak dengan emosi yang tidak stabil dapat merasa terisolasi dan menarik diri dari lingkungan sosial. Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua, terutama Bunda, untuk segera mengenali tanda-tanda emosi meledak dan mengambil langkah-langkah pencegahan sejak dini.
Tiga Langkah Mengatasi Ledakan Emosi Anak Karena Gadget
Menurut Psikolog Devi Delia, ada beberapa cara efektif yang dapat Bunda terapkan untuk membantu anak mengelola emosi dan mengurangi dampak negatif dari penggunaan gadget yang berlebihan.
1. Berhenti Sementara Penggunaan Gadget dengan Aturan yang Jelas
Langkah pertama yang paling penting adalah menghentikan penggunaan gadget untuk sementara waktu. Anak perlu diberikan batasan yang tegas agar memahami mana yang boleh dan tidak boleh. Tanpa aturan yang jelas, anak akan terus terpaku pada layar yang menimbulkan rangsangan berlebih sehingga emosinya semakin sulit dikendalikan.
Devi menegaskan, “Pertama, stop gadget. Saya selalu sarankan, tolong dibantu dengan aturan yang jelas. Jangan sampai terlanjur kecanduan. Secara ilmu, kecanduan gadget itu hampir sama seperti kecanduan obat-obatan.”
Dengan aturan yang tegas dan konsisten, anak akan belajar mengenal batasan dan lebih mampu mengendalikan dirinya.
2. Lakukan Detoks Gadget Selama Tiga Hari
Langkah berikutnya adalah melakukan detoks gadget penuh selama tiga hari. Ini berarti anak tidak diberikan akses sama sekali ke perangkat elektronik apa pun, baik itu ponsel, tablet, atau televisi. Tujuan detoks adalah memberikan kesempatan otak anak untuk beristirahat dari stimulasi yang berlebihan.
Selama detoks, Bunda dapat mengisi waktu anak dengan aktivitas menyenangkan yang bersifat fisik atau kreatif, seperti menggambar, bermain di luar ruangan, atau membaca buku bersama. Aktivitas ini tidak hanya mengalihkan perhatian anak dari gadget, tetapi juga membantu menstimulasi perkembangan otak secara sehat.
Devi menyarankan, “Solusinya, lakukan detoks gadget selama tiga hari penuh – tidak diberikan gadget sama sekali.”
3. Terapkan Aturan Baru yang Sehat dan Terukur
Setelah masa detoks selesai, penting untuk memperkenalkan kembali gadget dengan aturan yang lebih sehat dan terukur. Misalnya, membatasi penggunaan gadget hanya satu jam sehari dan hanya setelah anak menyelesaikan tugas atau belajar. Konsistensi dalam penerapan aturan ini sangat krusial agar anak belajar disiplin dan bertanggung jawab.
“Setelah masa detoks itu selesai, baru kita terapkan aturan baru yang lebih sehat dan terukur,” jelas Devi. Libatkan anak dalam proses membuat aturan agar mereka merasa dihargai dan mau mematuhi kesepakatan tersebut.
Menjaga Kesehatan Emosional Anak di Era Digital
Pengaruh gadget terhadap emosi anak memang nyata dan tidak bisa dianggap remeh. Namun, dengan kesadaran dan tindakan yang tepat dari orang tua, ledakan emosi anak akibat paparan layar dapat dikendalikan dan diminimalkan. Menghentikan penggunaan gadget sementara, melakukan detoks, dan menerapkan aturan yang sehat adalah kunci utama dalam menjaga keseimbangan emosi anak.
Langkah-langkah ini tidak hanya membantu anak mengelola emosinya, tetapi juga mendorong mereka tumbuh menjadi pribadi yang sehat secara mental dan emosional. Jadi, Bunda, yuk mulai terapkan tips ini untuk masa depan anak yang lebih cerah dan bahagia.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
AAJI Dorong Inovasi dan Pertumbuhan Premi Jiwa
- 25 Juli 2025
2.
3.
4.
Diskon Tiket Kereta Api: Syarat dan Prosedur
- 25 Juli 2025
5.
Cek Bansos PKH dan BPNT Tahap 3 Lewat HP
- 25 Juli 2025