
JAKARTA - Upaya memperkaya pengalaman wisata di Kabupaten Ponorogo kini semakin konkret. Tak hanya berfokus pada Telaga Ngebel sebagai ikon utama, perhatian kini mengarah pada kawasan penyangga yang selama ini belum tergarap maksimal. Tiga desa di sekitar telaga Gondowido, Pupus, dan Ngebel ditata dan dikembangkan agar mampu menyajikan wisata yang lebih lengkap dan bermakna bagi para pengunjung.
Langkah ini merupakan bagian dari strategi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disbudparpora) Ponorogo. Bersama mitra pengembangan, yakni Desa Wisata Institute dari Yogyakarta, mereka melihat pentingnya memperluas manfaat sektor wisata agar tak hanya terpusat pada satu titik.
“Kami tidak ingin wisatawan hanya berhenti di telaga saja,” ujar Kepala Disbudparpora Ponorogo, Judha Slamet Sarwo Edi.
Baca Juga
Dengan menggandeng tiga desa tersebut, konsep wisata di kawasan Telaga Ngebel diarahkan pada integrasi lintas wilayah yang menekankan pada keterlibatan masyarakat dan keberlanjutan lingkungan.
Desa Gondowido: Panorama dan Rasa dalam Harmoni
Desa Gondowido saat ini menjadi percontohan keberhasilan pengembangan destinasi baru. Dengan kehadiran spot wisata Ngambang Tirto Kencono, pengunjung ditawarkan sudut pandang berbeda dari Telaga Ngebel. Letaknya yang lebih tinggi menjadikan panorama telaga terlihat lebih eksotis dan menenangkan.
Namun bukan hanya keindahan visual yang menjadi daya tarik. Gondowido juga memperkenalkan pengalaman kuliner tradisional yang autentik. Pengunjung dapat menikmati tiwul, gula aren, dan kopi lokal yang disajikan dalam suasana perdesaan yang hangat.
Interaksi dengan warga desa menjadi bagian dari pengalaman, di mana wisatawan dapat melihat langsung proses pembuatan produk lokal atau bahkan terlibat dalam kegiatan harian warga. Hal ini memberi kesan yang lebih personal dan mendalam.
Desa Pupus: Wisata Alam Perawan dan Edukasi Lingkungan
Bagi pecinta alam, Desa Pupus adalah surga tersembunyi yang sedang menanti untuk dijelajahi. Kawasan ini menyimpan potensi besar melalui bentang alam yang masih perawan. Tiga lokasi utama yang sedang dikembangkan adalah Mloko Sewu, Mloko Jajar, dan Hutan Lindung Sigogor.
“Desa Pupus punya keindahan alam, Mloko Sewu, Mloko Jajar, dan Hutan Lindung Sigogor yang belum sering dijamah,” kata Judha.
Kawasan ini diarahkan untuk menjadi lokasi wisata berbasis trekking dan edukasi lingkungan. Pengunjung dapat menjelajah hutan, menikmati udara segar, serta mempelajari keanekaragaman hayati yang masih terjaga.
Program edukasi lingkungan untuk pelajar maupun komunitas pencinta alam menjadi peluang besar dari pengembangan ini. Selain menyuguhkan keindahan, tempat ini juga memberi ruang pembelajaran tentang pentingnya konservasi.
Desa Ngebel: Petualangan dan Kegiatan Komunitas
Desa Ngebel sendiri sebagai lokasi Telaga Ngebel tidak tinggal diam. Kini desa ini memperkenalkan konsep baru berupa Ngebel Adventure Park, sebuah area yang menggabungkan kegiatan petualangan dan rekreasi berbasis komunitas.
Mulai dari tracking ringan, camping, hingga kegiatan berbasis komunitas seperti pelatihan, gathering, atau bahkan event budaya bisa digelar di kawasan ini.
Konsep yang ditawarkan berbeda dari wisata massal biasa. Di sini, wisatawan diajak untuk menikmati alam sambil melakukan kegiatan yang mempererat hubungan sosial atau bahkan memberi manfaat pendidikan dan kesehatan.
“Kalau desa tidak semangat, usaha dinas tidak akan berarti. Kita harus responsif, harus inovatif,” tambah Judha.
Dengan semangat ini, warga desa juga dilibatkan langsung dalam proses pengembangan, mulai dari pelatihan layanan wisata hingga pengelolaan sumber daya lokal.
Ekosistem Wisata Terintegrasi
Apa yang dilakukan pemerintah daerah bukan sekadar memperbanyak destinasi, tetapi menciptakan satu ekosistem wisata yang saling terhubung dan saling menguatkan.
Wisatawan yang sebelumnya hanya singgah sebentar di Telaga Ngebel kini diarahkan untuk mengeksplorasi kawasan lebih luas. Dari menikmati panorama di Gondowido, menjelajah alam Pupus, hingga merasakan petualangan di Desa Ngebel, semuanya bisa menjadi satu paket perjalanan yang utuh.
“Harapannya wisatawan mau singgah bahkan bermalam untuk menikmati keindahan dan kekayaan budaya desa-desa di sekitarnya,” kata Judha.
Hal ini tentu berdampak positif pada ekonomi desa. Semakin lama wisatawan tinggal, semakin besar pula peluang pemasukan bagi warga lokal—baik dari penginapan, warung makan, produk UMKM, maupun jasa wisata.
Menuju Pariwisata Berbasis Komunitas yang Berkelanjutan
Visi besar dari program ini adalah menciptakan wisata berbasis komunitas yang berkelanjutan. Bukan hanya menarik dari sisi tampilan, tetapi juga berdampak langsung bagi kesejahteraan masyarakat.
Dengan pendekatan ini, warga desa tak sekadar menjadi penonton dalam geliat pariwisata, melainkan menjadi pelaku utama. Mereka dilibatkan dalam perencanaan, pengelolaan, dan pemasaran.
“Tujuan kami adalah menjadikan kawasan Ngebel sebagai wisata berbasis komunitas yang berkelanjutan. Kami bermimpi tiga desa ini bisa terintegrasi dalam sebuah program wisata yang layak jual dan menjadi magnet baru bagi pariwisata Ponorogo,” tutup Judha.
Di tengah perubahan tren pariwisata menuju pengalaman yang lebih lokal dan autentik, apa yang dilakukan Ponorogo menjadi contoh bahwa pengembangan desa bukan hanya pelengkap, tapi kunci dari transformasi wisata masa depan.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
18 Film dan Serial Baru Tayang di Netflix Agustus 2025
- 01 Agustus 2025
2.
Kulit Bermasalah? Saatnya ke Dokter, Bukan Ganti Skincare Lagi
- 01 Agustus 2025
3.
Kecantikan Wajah: Apa Benar Es Batu Mengecilkan Pori?
- 01 Agustus 2025
4.
Profil Bunga Citra Lestari: Karier, Keluarga, dan Penghargaan
- 01 Agustus 2025
5.
Cara Backup WhatsApp di Android dan iPhone
- 01 Agustus 2025