
JAKARTA - Pergerakan harga minyak dunia kembali menunjukkan dinamika yang menarik pada Rabu, 27 Agustus 2025. Penurunan harga terjadi hingga 2%, menghapus keuntungan yang tercatat pada sesi sebelumnya. Kondisi ini menggambarkan bagaimana pasar energi global masih dibayangi berbagai faktor eksternal, mulai dari kebijakan tarif Amerika Serikat (AS), perang di Ukraina, hingga potensi gangguan pasokan bahan bakar dari Rusia.
Minyak mentah Brent turun sebesar US$ 1,58 atau 2,3%, sehingga harga menjadi US$ 67,22 per barel. Sebelumnya, Brent sempat menyentuh level tertinggi sejak awal Agustus. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) terkoreksi US$ 1,55 atau sekitar 2,4%, sehingga berada di kisaran US$ 63,25 per barel.
Pergerakan harga yang fluktuatif ini mencerminkan kerentanan pasar terhadap faktor geopolitik. Investor cenderung menahan diri untuk mengambil posisi jangka panjang karena situasi global yang belum menentu.
Baca Juga
“Mengingat besarnya ketidakpastian di pasar minyak yang disebabkan oleh konflik Ukraina dan perang tarif, investor akan tetap enggan untuk bertaruh pada salah satu arah dalam jangka panjang,” Tamas Varga, analis PVM Oil Associates, Rabu, 27 Agustus 2025.
Ia menambahkan bahwa harga minyak mentah Brent kemungkinan akan bergerak di kisaran US$ 65 hingga US$ 74 dalam waktu dekat. Hal ini menandakan adanya ruang fluktuasi yang cukup lebar, seiring ketidakpastian geopolitik yang masih berlangsung.
Risiko Pasokan Rusia Jadi Pemicu
Salah satu faktor utama yang memengaruhi reli harga minyak adalah risiko penurunan pasokan dari Rusia. Situasi ini dipicu oleh serangan Ukraina terhadap infrastruktur energi Rusia serta potensi sanksi tambahan dari AS. Jika sanksi tersebut benar-benar diterapkan, pasar global bisa mengalami pengetatan pasokan yang lebih signifikan.
Rusia bahkan merevisi ulang rencana ekspor minyak mentah dari pelabuhan-pelabuhan baratnya, dengan penurunan sekitar 200.000 barel per hari. Revisi ini dilakukan setelah serangan pesawat tak berawak Ukraina mengganggu operasi kilang, sehingga distribusi terganggu.
Kondisi ini memperlihatkan betapa rentannya pasar minyak global terhadap setiap perkembangan di medan konflik. Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh Rusia dan Ukraina, tetapi juga memengaruhi keseimbangan energi internasional.
Sikap Amerika Serikat dan Faktor Tarif
Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump kembali menegaskan sikap tegas terhadap Rusia. Ia memperingatkan bahwa sanksi baru akan dijatuhkan jika dalam dua minggu ke depan tidak ada kemajuan menuju kesepakatan damai. Tekanan diplomatik ini berpotensi memperburuk ketegangan geopolitik, sekaligus memberikan dampak psikologis pada pasar energi dunia.
Selain itu, kebijakan tarif juga menjadi salah satu perhatian utama. Ekspor India ke AS berisiko menghadapi bea masuk hingga 50%, yang merupakan salah satu tarif tertinggi yang diberlakukan oleh Washington. Kondisi ini menciptakan ketidakpastian tambahan di pasar komoditas global, karena setiap kebijakan perdagangan besar dapat memengaruhi harga energi secara tidak langsung.
Dinamika Harga dalam Jangka Pendek
Secara keseluruhan, meskipun harga minyak mengalami penurunan pada perdagangan 27 Agustus 2025, faktor-faktor fundamental menunjukkan bahwa volatilitas masih akan terus berlanjut. Kisaran harga yang disebutkan analis, yakni US$ 65–74 per barel untuk Brent, menjadi indikasi bahwa pasar masih rentan terhadap perubahan kondisi geopolitik maupun kebijakan ekonomi besar.
Dengan berbagai faktor yang memengaruhi, pasar energi saat ini lebih mengutamakan kehati-hatian. Investor maupun pelaku industri tidak bisa serta-merta mengambil keputusan jangka panjang, karena setiap perkembangan politik atau serangan militer dapat langsung tercermin pada harga minyak dunia.
Implikasi Bagi Ekonomi Global
Perubahan harga minyak tidak hanya berdampak pada sektor energi, tetapi juga pada perekonomian global. Harga minyak yang tinggi dapat meningkatkan biaya produksi dan distribusi, sementara harga rendah bisa menekan penerimaan negara produsen.
Ketidakpastian yang dipicu oleh konflik Rusia-Ukraina dan kebijakan tarif AS menunjukkan bahwa harga energi masih akan menjadi indikator penting bagi stabilitas global. Oleh karena itu, pelaku pasar dan pemerintah di berbagai negara perlu terus memantau situasi agar dapat menyesuaikan strategi mereka.
Harga minyak pada Rabu, 27 Agustus 2025 mengalami penurunan sekitar 2%, menghapus keuntungan yang sempat terjadi pada sesi sebelumnya. Penurunan ini dipicu oleh kombinasi faktor geopolitik, termasuk perang di Ukraina, ancaman sanksi AS terhadap Rusia, serta revisi ekspor minyak Rusia.
Kutipan dari analis Tamas Varga menegaskan bahwa pasar masih dipenuhi ketidakpastian, sehingga kisaran harga Brent diperkirakan bertahan di level US$ 65–74 dalam waktu dekat.
Situasi ini menekankan bahwa harga energi sangat dipengaruhi faktor eksternal. Selama konflik dan ketegangan perdagangan belum mereda, dinamika harga minyak kemungkinan akan tetap berfluktuasi, sekaligus memberi tantangan bagi ekonomi global.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
The Heritage Palace Solo, Dari Pabrik Gula Jadi Wisata Hits
- 27 Agustus 2025
2.
18 Rekomendasi Kuliner Solo yang Bikin Nagih
- 27 Agustus 2025
3.
Kuliner Madiun yang Bikin Betah Makan di Tempat
- 27 Agustus 2025
4.
Tempat Wisata Populer di Jogja yang Bikin Liburan Seru
- 27 Agustus 2025
5.
Pesona Derawan yang Bikin Jatuh Hati
- 27 Agustus 2025