
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) baru saja menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin menjadi 5,25 persen. Kebijakan ini merupakan bagian dari langkah strategis BI untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan. Penurunan BI Rate tersebut mendapat respons positif dari berbagai pelaku ekonomi, termasuk PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI.
Corporate Secretary BRI, A Hendy Bernadi, menyatakan bahwa penurunan suku bunga acuan ini merupakan sinyal positif yang dapat membuka ruang ekspansi kredit lebih luas, terutama bagi sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Menurut Hendy, kondisi ini sangat penting untuk menjaga daya tahan ekonomi nasional di tengah berbagai tekanan global yang terus berlangsung.
Fokus BRI pada Perluasan Kredit UMKM
Baca JugaMedia Asuransi Nobatkan 106 Perusahaan Sebagai Market Leaders
BRI sebagai salah satu bank yang berfokus pada pelayanan UMKM memandang kebijakan BI ini sebagai peluang strategis untuk memperkuat sektor produktif tersebut. Penurunan suku bunga membuat biaya pinjaman menjadi lebih rendah sehingga UMKM bisa mendapatkan akses pendanaan yang lebih terjangkau.
“Bagi BRI, penurunan suku bunga acuan ini berpotensi membuka ruang lebih luas untuk ekspansi kredit, khususnya kepada sektor-sektor produktif seperti UMKM,” ujar Hendy. Dia menambahkan bahwa BRI akan terus mengamati perkembangan pasar dan kebijakan moneter agar dapat mengatur strategi bisnis yang adaptif dan relevan dengan kebutuhan ekonomi nasional.
Langkah ini sekaligus menjadi pengingat bahwa pemulihan ekonomi tidak hanya mengandalkan kebijakan makro, tetapi juga pada peran aktif lembaga keuangan dalam mendukung sektor-sektor yang menyerap banyak tenaga kerja dan memberi kontribusi besar terhadap perekonomian.
Kinerja BI dan Alasan Penurunan BI Rate
Keputusan BI menurunkan BI Rate merupakan hasil rapat Dewan Gubernur pada 15 dan 16 Juli 2025. Gubernur BI, Perry Warjiyo, menjelaskan bahwa kebijakan tersebut diambil karena inflasi yang terkendali serta stabilitas nilai tukar rupiah yang relatif terjaga. Selain penurunan suku bunga acuan, BI juga mengurangi suku bunga fasilitas deposito menjadi 4,50 persen dan suku bunga fasilitas pinjaman menjadi 6,00 persen.
Penurunan ini menjadi yang ketiga sepanjang tahun 2025 dengan total pemangkasan sebesar 75 basis poin dari level awal 6,00 persen. Kebijakan ini diharapkan dapat mendorong likuiditas perbankan dan meningkatkan penyaluran kredit ke sektor riil.
Dampak Positif pada UMKM dan Perekonomian
UMKM selama ini menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Dengan akses kredit yang lebih murah dan mudah diperoleh, UMKM diharapkan dapat memperluas usaha, meningkatkan produksi, dan menyerap lebih banyak tenaga kerja. Selain itu, keberlanjutan bisnis UMKM akan membantu memperkuat daya tahan ekonomi nasional menghadapi berbagai tantangan global.
BRI dengan jaringan luasnya di berbagai daerah siap menjadi katalisator utama dalam menyalurkan kredit murah ini. Dengan demikian, penurunan BI Rate bukan sekadar angka, tetapi menjadi stimulus nyata untuk mendorong kegiatan ekonomi di akar rumput.
Tantangan dan Strategi Adaptif BRI
Meski peluang terbuka lebar, BRI juga dihadapkan pada dinamika pasar dan tantangan ekonomi global yang kompleks. Oleh karena itu, Hendy Bernadi menegaskan bahwa BRI akan terus memantau perubahan situasi dan mengadaptasi strategi bisnis agar tetap selaras dengan kondisi nasional.
“Kami akan terus mencermati dinamika pasar dan kebijakan moneter untuk memastikan strategi bisnis tetap adaptif dan selaras dengan kebutuhan perekonomian nasional,” jelas Hendy. Hal ini penting agar BRI tetap responsif dan dapat memberikan layanan terbaik untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Prospek Kredit UMKM ke Depan
Dengan kebijakan suku bunga yang lebih rendah dan langkah aktif dari bank seperti BRI, prospek pertumbuhan kredit UMKM semakin cerah. Ini juga sejalan dengan visi pemerintah dan BI untuk memajukan sektor usaha kecil dan mikro sebagai penggerak utama ekonomi nasional.
Peran BRI di sektor ini sangat strategis, mengingat bank ini memiliki jaringan dan pengalaman luas dalam melayani UMKM di seluruh Indonesia. Penurunan BI Rate menjadi katalis untuk mengakselerasi pemberdayaan UMKM sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif yang berkelanjutan.
Penurunan BI Rate oleh Bank Indonesia sebesar 25 basis poin menjadi 5,25 persen disambut hangat oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kebijakan ini dianggap memberikan sinyal positif untuk memperkuat momentum pertumbuhan ekonomi nasional, terutama dengan membuka peluang ekspansi kredit yang lebih luas bagi sektor UMKM.
BRI, sebagai bank yang berfokus pada pemberdayaan UMKM, berkomitmen untuk terus memantau dan menyesuaikan strategi bisnis agar tetap relevan dan adaptif dengan kebutuhan nasional. Dengan dukungan kebijakan moneter yang tepat dan peran aktif lembaga keuangan, diharapkan sektor UMKM akan semakin berkembang, memperkuat fondasi ekonomi nasional di tengah tantangan global.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.