
JAKARTA - PSSI mulai menunjukkan keseriusannya dalam menghidupkan kembali atmosfer kompetisi sepak bola putri di Indonesia. Setelah beberapa tahun vakum, federasi kini tengah menyiapkan langkah awal berupa penyelenggaraan turnamen pramusim yang rencananya diikuti oleh empat klub sebagai permulaan.
Turnamen ini bukan hanya sebuah agenda biasa, melainkan menjadi titik awal dari proses panjang membangun kembali ekosistem sepak bola putri yang sempat terhenti sejak kompetisi Liga 1 Putri terakhir digelar. PSSI mencoba menyusun fondasi yang kuat dan berkelanjutan agar ke depannya kompetisi bisa berlangsung secara rutin dan terorganisir dengan baik.
Anggota Komite Eksekutif PSSI, Vivin Cahyani Sungkono, mengungkapkan bahwa pihaknya telah mengarahkan beberapa klub besar untuk menjadi bagian dari inisiatif ini. Di antaranya adalah Persija Jakarta, Persib Bandung, Dewa United, dan Persita Tangerang. Namun, untuk keterlibatan mereka secara resmi, PSSI masih harus memastikan kesiapan teknis dari masing-masing klub.
Baca Juga
“Insyaallah bisa dilakukan, tinggal konsolidasi dengan klub dan PT LIB. Kita juga harus menyesuaikan dengan kesiapan masing-masing klub,” ujar Vivin saat menghadiri acara pengenalan Law of The Game di Jakarta.
Lebih lanjut, Vivin menekankan pentingnya memulai langkah dari skala kecil. Menurutnya, terlalu memaksakan jumlah klub dalam tahap awal justru bisa menimbulkan kendala yang besar, terutama dari sisi teknis dan operasional. Oleh karena itu, dimulai dengan empat klub adalah pilihan yang realistis untuk memulai kembali kompetisi dengan sistem yang lebih baik.
“Kita mulai dari yang kecil dulu. Kalau langsung bicara 16 atau 18 klub, itu bisa jadi masalah. Tapi kalau empat dulu, saya pikir tidak ada persoalan talent pool,” katanya.
Meski jumlah klub yang akan tampil relatif sedikit, Vivin optimistis Indonesia memiliki sumber daya pemain yang cukup untuk mengisi kebutuhan empat tim secara berkualitas. Ia menjelaskan bahwa sejumlah pemain tim nasional yang tidak masuk dalam skuat utama, serta pemain diaspora, bisa diakomodasi untuk memperkuat tim-tim peserta. Bahkan, ada pula ketertarikan dari pemain asing yang ingin bermain di Indonesia.
“Talent pool untuk empat klub sudah cukup. Kita bisa ambil dari pemain timnas yang tidak masuk starting line-up, pemain diaspora, bahkan pemain asing dari Belanda atau Jepang yang ingin bermain di sini,” jelasnya.
Tujuan utama dari turnamen ini bukan sekadar kompetisi semata, melainkan membuka ruang pembuktian bahwa sepak bola putri di Indonesia memiliki potensi besar untuk tumbuh. Melalui ajang pramusim ini, PSSI ingin mengundang dukungan dari publik dan sponsor agar turnamen dapat berkembang menjadi liga resmi yang berjalan rutin setiap tahun.
Jika antusiasme masyarakat tinggi dan sponsor menunjukkan minat yang serius, maka tidak menutup kemungkinan jumlah peserta akan bertambah di musim-musim selanjutnya. Artinya, kompetisi sepak bola putri akan menuju arah yang lebih profesional dengan cakupan yang lebih luas.
Tidak hanya menyoal teknis turnamen, Vivin juga menyinggung regulasi yang dikeluarkan oleh Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) yang mendorong klub-klub profesional agar memiliki tim sepak bola putri sebagai bagian dari sistem klub mereka. Namun, ia menjelaskan bahwa regulasi tersebut belum menjadi kewajiban penuh, melainkan masih bersifat imbauan.
“Kami sudah berkoordinasi dengan AFC. Regulasi soal tim putri dalam club licensing lebih bersifat imbauan, belum terlalu ditegakkan secara ketat,” tuturnya.
Ia menambahkan bahwa kondisi ini juga berlaku di beberapa negara Asia Tenggara. Di negara-negara seperti Filipina, Myanmar, dan Thailand, tim putri tidak selalu menjadi bagian dari klub profesional utama. Terkadang, mereka merupakan representasi dari provinsi atau entitas independen lainnya.
Dengan demikian, fokus utama PSSI saat ini adalah memastikan keberlanjutan kompetisi dan menciptakan sistem yang mampu bertahan dalam jangka panjang. Bukan sekadar mengikuti regulasi, tapi membangun ekosistem yang sehat dan berkelanjutan bagi sepak bola putri.
“Yang penting adalah kontinuitas dan keseriusan dalam membangun ekosistem sepak bola putri ke depan,” pungkas Vivin.
Sebagai tindak lanjut, PSSI akan terus melakukan koordinasi dengan klub-klub yang ditargetkan ikut serta dalam turnamen ini, serta PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator kompetisi. Selain itu, aspek pendukung seperti sponsor, media, dan fasilitas juga menjadi perhatian agar turnamen berjalan dengan baik.
PSSI berharap dengan dimulainya turnamen pramusim ini, akan tercipta sinyal positif bagi stakeholder sepak bola di Tanah Air bahwa sepak bola putri juga memiliki nilai strategis, baik dari sisi pembinaan atlet, prestasi, hingga potensi komersial.
Melalui pendekatan bertahap, PSSI optimistis dapat membangun kompetisi yang tidak hanya berjalan, tetapi juga mampu mencetak pemain-pemain putri berbakat yang bisa mengharumkan nama Indonesia di tingkat regional maupun internasional.
Turnamen ini diharapkan menjadi cikal bakal lahirnya sistem kompetisi resmi yang lebih kuat, serta memperkuat posisi sepak bola putri Indonesia di mata dunia. Kini, tinggal menanti kesiapan klub dan dukungan publik agar momen kebangkitan sepak bola putri ini dapat benar-benar terwujud.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.