
JAKARTA - Bukan hanya sekadar kemenangan dalam ajang kecantikan, perjalanan hidup Qory Sandioriva sejak dinobatkan sebagai Puteri Indonesia menyimpan kisah panjang yang penuh ujian. Di balik sorotan lampu panggung dan mahkota yang membanggakan, tersimpan perjuangan menghadapi penyakit autoimun yang mengubah hidupnya secara drastis.
Qory mengisahkan pengalaman inspiratifnya selama 17 tahun terakhir, dimulai dari keterlibatannya dalam ajang Puteri Indonesia yang sarat kontroversi, hingga harus bergulat dengan kondisi medis serius yang hampir merenggut hidupnya.
Kontroversi Saat Mewakili Aceh di Puteri Indonesia
Baca Juga
Sejak kecil, Qory dikenal sebagai perempuan tomboy yang gemar berolahraga, terutama pencak silat. Perjalanan menuju panggung Puteri Indonesia dimulai saat dirinya mewakili Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Keikutsertaannya menjadi sorotan lantaran tidak menggunakan hijab, yang saat itu menjadi perbincangan hangat karena statusnya sebagai wakil dari Aceh.
“Pada saat saya menang Puteri Indonesia itu juga kaget, apalagi saya mewakili Aceh, yang di mana saya tidak mau membohongi diri saya sendiri mengenai iman dan bagaimana saya bersikap dan berperilaku,” ungkap Qory saat mengunjungi kantor VOI pada Selasa, 15 Juli.
“Saya tidak pakai hijab, dan ternyata menang, walaupun saat itu saya diterpa banyak isu dan kontroversi mengenai hijab,” tambahnya.
Tumbang Jelang Miss Universe, Terdiagnosis Autoimun
Setelah memenangkan ajang nasional tersebut, Qory dijadwalkan untuk mewakili Indonesia di Miss Universe. Namun, saat persiapan, ia tiba-tiba pingsan dan sempat koma. Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan medis, Qory divonis mengidap penyakit autoimun jenis lupus dan Sjogren’s Syndrome.
“Saya usia 17 tahun, sedang menjabat sebagai Puteri Indonesia dan akan berangkat ke Miss Universe, itu baru ketahuan bahwa saya autoimun lupus dan Sjogren’s Syndrome,” tuturnya.
Dokter menyebutkan bahwa penyakit tersebut sebenarnya sudah diderita sejak usianya 16 tahun, bersamaan dengan berhentinya Qory dari latihan pencak silat. Kabar ini tentu menjadi pukulan besar, terlebih mengingat autoimun belum memiliki pengobatan yang sepenuhnya menyembuhkan.
“Sebelum berangkat Miss Universe, tentunya terpukul sekali karena pada saat itu penyakit untuk lupus itu tidak ada obatnya, dan termasuk penyakit mematikan,” ujarnya.
Steroid Rusak 13 Organ Tubuh
Dalam upayanya mengendalikan penyakit, Qory mengonsumsi obat steroid selama tujuh tahun dengan dosis tinggi. Pengobatan intensif itu ternyata membawa dampak buruk lain bagi tubuhnya.
“Saya minum steroid selama 7 tahun dengan dosis yang cukup tinggi. Di situlah yang membuat 13 organ saya rusak. Mulai jantung, ginjal, paru-paru, pencernaan juga, saraf otak jadi sempat stroke, koma, mata buta maksimal 2 hari,” jelas Qory.
Meski menjalani masa-masa sulit dan sempat mengalami kondisi kritis, Qory tetap bertahan dan terus menjalani pengobatan baik di Indonesia maupun luar negeri, seperti Korea.
Hasil Positif Setelah 17 Tahun Berjuang
Pengobatan panjang yang dijalani selama hampir dua dekade mulai menunjukkan hasil menggembirakan. Beberapa fungsi organ vitalnya mulai kembali normal, dan kondisi lupusnya kini sudah terkendali.
“Sampai sekarang menjalaninya. Tapi kemarin ada berita baik, jantung saya sudah bagus, paru-paru saya sudah bagus, terus lupus saya sudah normal, saya happy. Sudah terkendali lupus setelah 17 tahun,” ungkapnya.
Tak hanya fokus pada pengobatan fisik, Qory juga mengakui pentingnya menjaga kesehatan mental. Ia sempat mengalami depresi, namun berhasil melewatinya berkat dukungan orang-orang terdekat dan kemauan untuk tetap kuat.
Ditunjuk Sebagai Duta Autoimun Indonesia
Kini, setelah melewati ujian berat itu, Qory mendapat kepercayaan sebagai Duta Autoimun Republik Indonesia. Dalam perannya, ia aktif mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kesadaran terhadap penyakit autoimun yang bisa menyerang siapa saja.
“Memang berat sih tugasnya, tapi saya punya harapan ke situ. Seenggaknya tidak bisa menyelamatkan seluruhnya, setidaknya orang terdekat di komunitas sudah pada survive juga,” ujarnya.
Sebagai bagian dari upaya edukasi dan pemberdayaan, Qory membentuk komunitas survivor autoimun dan sedang dalam proses menulis buku bersama para penyintas lainnya.
“Membuat buku ya dengan para survivor autoimun, lagi sedang dibuat. Saya juga akan buat buku sendiri, bikin biografi semoga bisa cepat diproses,” pungkasnya.
Melalui cerita hidupnya, Qory Sandioriva memberikan gambaran nyata tentang keteguhan hati dan semangat hidup. Dari gemerlap panggung kecantikan hingga ruang rawat rumah sakit, ia membuktikan bahwa keberanian dan ketulusan bisa membawa seseorang bertahan di tengah ujian paling berat.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.