
JAKARTA - Lonjakan luar biasa dialami saham PT Timah Tbk (TINS) dalam sebulan terakhir, meningkat hingga 148% di tengah laju pasar saham BUMN lainnya yang cenderung terkoreksi.
Kenaikan harga ini memicu sorotan investor sekaligus optimisme analis, yang menilai prospek pertumbuhan perusahaan tambang timah milik negara ini tetap menjanjikan.
Pada perdagangan Selasa, 7 Oktober 2025, saham TINS ditutup di level Rp2.710 per saham, naik 19,91% dibandingkan sehari sebelumnya. Dalam sebulan terakhir, kenaikan terakumulasi mencapai 1.620 poin atau 148,62%. Hal ini terjadi di tengah saham BUMN lain, seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), yang justru mengalami penurunan 4,87% selama periode yang sama.
Baca JugaSaham Bank Swasta Tunjukkan Ketangguhan, Analis Berikan Rekomendasi
Sentimen positif terhadap TINS muncul dari peningkatan aset strategis dan proyeksi kinerja yang lebih baik. Pemerintah baru saja menyerahkan enam smelter dari barang rampasan negara (BRN) yang sebelumnya digunakan oleh penambang ilegal. Nilai aset sitaan ini diperkirakan mencapai Rp6–7 triliun, belum termasuk kandungan tanah jarang atau monasit, yang diperkirakan bernilai US$200.000 per ton.
Fath Aliansyah Budiman, Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas, menekankan potensi turnaround TINS di semester II 2025 setelah cuaca buruk pada awal tahun sempat menekan output perusahaan. “Ekspektasi kinerja sudah membaik,” ujarnya.
Selain itu, Angga Septianus dari Indo Premier Sekuritas menilai tambahan enam smelter akan meningkatkan kapasitas produksi dan memperkuat pangsa pasar TINS hingga lebih dari 80%, menggantikan operasi penambang ilegal sebelumnya. Riset Indo Premier menunjukkan bahwa produksi TINS telah naik dari 1.713 ton pada Juli menjadi 1.877 ton. Biaya tunai tetap stabil di sekitar US$20.000 per ton, mengindikasikan posisi tawar TINS yang lebih kuat.
Ekky Topan dari Infovesta Kapital Advisori menambahkan, penyerahan enam smelter menjadi katalis strategis yang bisa meningkatkan kapasitas pengolahan dan efisiensi margin perusahaan dalam jangka menengah.
Dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI pada 22 September 2025, TINS menargetkan produksi bijih timah mencapai 30.000 ton Sn pada 2026, naik signifikan dibanding RKAP 2025 sebesar 21.500 ton Sn. Ryan dan Reggie dari Indo Premier memperkirakan laba bersih TINS bisa melonjak dari Rp300 miliar per Juni 2025 menjadi Rp908 miliar di akhir tahun.
Fath menambahkan, stabilnya harga timah internasional juga mendukung prospek pendapatan perusahaan. Potensi pendapatan tambahan dari logam tanah jarang dapat menjadi katalis positif jika dikelola optimal.
Dari sisi valuasi, saham TINS kini berada di atas rata-rata historis dengan PER 33,63x dan PBV 2,77x. “Sebagian besar sentimen positif telah terefleksi dalam harga, namun ekspektasi pertumbuhan dari aset baru masih bisa mendorong valuasi lebih lanjut,” kata analis.
Secara jangka pendek, saham TINS rawan aksi ambil untung. Namun untuk jangka menengah, penguatan dapat berlanjut jika kabar terbaru operasional smelter dan outlook produksi 2025 positif. Level support kuat berada di Rp2.000 per saham, dengan target jangka menengah Rp3.000–3.200 per saham. Indy Naila dari Edvisor Profina Visindo merekomendasikan strategi buy on weakness dengan target harga Rp2.800 per saham.

Mazroh Atul Jannah
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Tahapan dan Gejala Menopause yang Perlu Diketahui Perempuan
- 08 Oktober 2025
2.
Resep Bistik Ayam Sederhana, Enak, dan Mudah Dibuat di Rumah
- 08 Oktober 2025
3.
Rekomendasi Kuliner Sunda Rendah Kalori, Tetap Nikmat untuk Diet
- 08 Oktober 2025
4.
Mau Tubuh Bugar? Ini 12 Makanan Tinggi Protein Selain Telur
- 08 Oktober 2025
5.
Menkes Budi Ungkap Cara Mudah Menyiapkan Bekal Sehat
- 08 Oktober 2025